Nasarudin Umar; Menteri Agama Prabowo Subianto NU?

Pergunu DIYNasional-Nasaruddin Umar, dengan rekam jejak yang kaya di Nahdlatul Ulama (NU) dan pengalaman pendidikan di pesantren serta pendidikan formal, merupakan sosok yang ideal untuk menjabat sebagai Menteri Agama dalam kabinet yang dipimpin oleh Prabowo Subianto, jika spekulasi yang beredar benar adanya.

Ia bukanlah figur baru di dunia keagamaan Indonesia. Pendidikan awalnya di pesantren memberikan fondasi kuat dalam ilmu syariat dan fiqh, khas tradisi NU. Latar belakang pesantren inilah yang menumbuhkan komitmen kuatnya pada Islam tradisional dan moderat, yang kemudian diperkuat oleh pendidikan formalnya. Nasaruddin melanjutkan pendidikan sarjana di IAIN Alauddin Makassar (sekarang UIN Alauddin), di mana ia aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), menunjukkan dedikasinya dalam kaderisasi NU sejak usia muda. Untuk mendukung proses kaderisasi, ia bahkan rela menjual motornya demi mengikuti MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru) PMII, menegaskan loyalitasnya terhadap organisasi tersebut.

Setelah menyelesaikan pendidikan di Makassar, Nasaruddin diangkat sebagai katib Syuriyah NU Sulawesi Selatan oleh K.H. M. Sanusi Baco. Selanjutnya, ia melanjutkan pendidikan pascasarjana di IAIN Ciputat (sekarang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), di mana ia meraih gelar doktor, memperdalam pengetahuan dalam studi Islam dan memadukan antara wawasan tradisional dengan pendekatan intelektual modern.

Keterlibatan Nasaruddin di tingkat nasional pun semakin kuat. Di Jakarta, ia aktif di kepengurusan PBNU sejak masa K.H. Ahmad Hasyim Muzadi hingga saat ini di bawah K.H. Yahya Cholil Staquf. Ia pernah menjabat sebagai Mustasyar PBNU, salah satu posisi terhormat, dan kini menjadi Rais PBNU untuk masa khidmat 2022-2027. Peran ini membuktikan kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh para ulama NU, sekaligus menunjukkan pengaruhnya di dalam organisasi. Pengalaman ini menunjukkan bahwa Nasaruddin adalah tokoh NU yang matang dan memiliki pemahaman mendalam tentang dinamika keagamaan di Indonesia.

Selain di lingkungan domestik, Nasaruddin Umar juga memiliki jejak yang kuat di forum internasional. Sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal, ia sering diundang ke berbagai konferensi internasional, mempromosikan Islam Wasathiyah (moderat) ala NU. Perannya sebagai tokoh toleransi dunia semakin diakui setelah momen historis saat ia dengan penuh tawadhu menghormati Paus Fransiskus dalam kunjungan ke Istiqlal, yang mendapat perhatian luas di media internasional.

Jika Prabowo Subianto memilih Nasaruddin Umar sebagai Menteri Agama, pilihan ini akan mencerminkan kebutuhan untuk memimpin Kementerian Agama dengan sosok yang berpengalaman, moderat, dan dihormati di tingkat nasional maupun internasional. Nasaruddin Umar adalah NU “dua puluh empat karat” dengan latar belakang kaderisasi PMII yang kuat, pendidikan pesantren dan formal yang solid, serta komitmen terhadap Islam yang inklusif dan toleran. Sebagai Menteri Agama, ia berpotensi memperkuat kerukunan antarumat beragama dan memajukan pendidikan Islam moderat di Indonesia, sesuai dengan visi Islam rahmatan lil ‘alamin yang diperjuangkan oleh NU.
(fz)