Pergunu DIY–YOGYAKARTA-Pengurus Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PW IPNU) dan Pengurus Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (PW IPPNU) D.I.Yogyakarta menggelar Konferensi Wilayah IPNU Ke XVIII dan IPPNU Ke XIV pada sabtu-ahad (3-4/9/2022) di Balai Besar Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (BBPPMDDTT) D.I. Yogyakarta. Konferwil IPNU dan IPPNU DIY ini mengusung tema Harmoni Pelajar: Menguatkan Literasi Menuju Jogja Maju Berbudaya.
Dengan tema tersebut mempunyai harapan besar agar Pelajar NU Jogja dapat lebih menitikberatkan literasi sebagai pondasi penting dalam pembangunan karakter generasi muda. Sebagaimana yang disampaikan oleh Rekan Dwi Rahmatullah, Sekretaris PW IPNU DIY, bahwa momentum konferwil tidak sebatas menjadi momentum untuk memilih pimpinan organisasi melainkan juga bagaimana agar gagasan-gagasan baru dapat diciptakan dan mampu menyempurnakan organisasi itu sendiri.
Acara pembukaan yang dilaksanakan pada hari sabtu (3/9/2022) di ikuti sekitar 200 peserta dari unsur Pimpinan Wilayah, Pimpinan Cabang, Pimpinan Anak Cabang se-DIY, alumni, serta tamu undangan. Acara Pembukaan berjalan dengan lancar dan meriah dengan beberapa pertunjukan dari Grup Hadrah El Maqashid KMNU UNY, Paduan Suara SMK Diponegoro Depok-Sleman, serta Grup Tari Saman dari Pimpinan Komisariat MTs Nur Iman Mlangi-Sleman.
Selain itu pembukaan di hadiri juga oleh Dr. H. Ahmad Zuhdi Muhdlor, SH., M.Hum (Ketua Tanfidziyah PWNU DIY), Drs. KH. Ahmad Fatah, M.Ag (Pengasuh Pondok Pesantren Sunni Darussalam), Nyai Hj. Nisrin Nikmah (Putri Pendiri IPNU IPPNU), Drs. Suhirman, M.Pd (Wakil Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY), Edy Purwanto, S.Pd., M.Pd.Si (Kasi Guru Bidang Dikmad Kanwil Kemenag DIY), Cahyono, S.E. (Kabag TU BBPPMDDTT DIY), serta Mustadi, S.Sos., MM. (Kabag Kesra Setda Sleman).
“Pelajar NU kedepan harus memiliki kualitas diri yang ditekankan. Pertama, kualitas keagamaan yang berarti bahwa Pelajar NU jangan sampai alergi dengan dzikir-dzikir atau wirid agama, serta harus membiasakan hablumminallah dengan mujadah dan semacamnya. Kemudian yang kedua, yakni kualitas intelektual, bermakna bahwa Pelajar NU tidak hanya reaktif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pelecehan agama atau pelecehan terhadap organisasinya, tetapi juga harus lebih reaktif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemecahan suatu masalah atau hal-hal baru yang belum pernah ditemukan”. Demikian Kiai Zuhdi dalam sambutanya. (Naufal)









