Pergunu DIY –NGEMPLAK– Dua nabi Allah swt Nabi Yusuf as dan Nabi Syu’aib as pewaris kesalehan, kesabaran, pemaaf, dan perilaku jujur. Bukan pemarah atau berjiwa lemah meski dicelakai tidak balas dendam. Bukan pembenci atau berjiwa kerdil meski dihina dan diusir. Pemaaf akan membawa rahmat dan bahagia. Melawan kejujuran mendatangkan malapetaka dan binasa.
Nabi Yusuf as bagian dari dua belas bersaudara, kakang ragil. Rahel namba ibundanya. Bunyamin nama adiknya. Nabi Ya’qub as nama bapknya yang juga nabi Allah swt. Umur dua tahun ibunda tercinta meninggal. Nabi Yusuf as piatu. Ndremani dan baik budi. Tidak pernah menyusahkan. Rajin membantu bot-repotnya orang tua.
Hidup tanpa ibu dalam keluarga besar dengan sebelas bersaudara bukan perkara mudah. Sementara bapaknya semakin tua dan lemah. Yusuf anak yang giat dan menyenangkan. Bapaknya menyayangi dan mengasihinya. Dengan bapaknya paling dekat diantara saudara lainya. Yusuf menyayangi bapaknya, adiknya dan juga kakak-kakaknya.
Suatu waktu saudara Yusuf merencanakan kongkalingkon, tipu-tipu. Yusuf diajak kakak-kakanya mencari burung ke hutan. Rencana busuk mereka karena iri dan ketidak sukaan kepada Yusuf adik mereka sendiri. Bapaknya bersedih lantaran putra-putranya melaporkan bahwa Yusuf dimakan serigala saat ikut berburu di hutan.
Allah Maha Kuasa dan Maha Penyayang. Yusuf kecil yang dibuang ke sumur di hutan ditemukan pedagang yang singgah dalam perjalanan ke pasar. Yusuf diambilnya dan dijualnya. Pedagang beruntung Yusuf laku dibeli orang berada dan penguasa. Istri raja penguasa merawat Yusuf dengan baik hingga tumbuh besar, lincah dan gagah.
Bukan tanpa cobaan dan ujian. Di lingkungan barunya Yusuf tumbuh menjadi pemuda yang cerdas dan baik hati. Perawakanya gagah dan tampan. Dilihat menyenangkan. Bersamanya membahagiakan. Hidup dalam lingkungan keluarga penguasa tidak kemudian sejahtera dan bahagia. Yusuf mendapat fitnah dan amarah. Yusuf dihukum dan dipenjara raja.
Raja dalam kekawatiran dan batinya goncang. Mimpinya melihat tujuh sapi gemuk habis dimakan sapi kurus tujuh. Tujuh gandum menghijau dan tujuh lainya mengering. Tiada jawaban pakar yang meyakinkan tafsir mimpinya. Allah Maha Pengasih. Yusuf dengan ilmunya memberi solusi raja atas mimpinya. Raja menerimanya dan solusinya menjadi program negara.
Benar saja pendapat Yusuf. Palestina dilanda kekeringan berkepanjangan. Tujuh tahun krisis ekonomi. Untungnya raja telah menggerakkan rakyatnya bercocok tanah dan panen raya tujuh tahun berturut-turut membantu keselamatan stok pangan warga. Yusuf kemudian diangkat raja menjadi kepala bulog sehingga stabilitas ekonomi dan pangan warga terjaga.
Palestina aman dari krisis. Namun berbagai negera tetangga paceklik. Tdak terkecuali negeri dan kampung Nabi Yusuf as. Ya’qub memerintahkan anak-anaknya mencari makanan. Mereka menuju bolog untuk mengajukan bantuan pangan. Diberikanlah permintaanya dengan syarat jika kedua kalinya ke bulog harus mengajak Bunyamin turut serta.
Kedua kalinya saudara tua dan adik Yusuf berangkat ke bulog. Bunyamin tertahan di bulog lantara mencuri. Kakaknya pulang tanpa Bunyamin. Sang bapak bertambah sedih lantaran kehilangan anak ragilnya. Allah Maha Pengasih. Nabi Ya’qub sembuh dari rabun butanya lantaran usapan handuk dari putranya Nabi Yusuf as yang dititipkan kakaknya.
Nabi Yusuf as memaafkan saudara-saudaranya yang telah berbuat licik dan mencelakainya. Nabi yang pernah difitnah Zulaikha tersebut bersatu kembali dengan keluarganya dalam bahagia. Bertemu dengan bapak dan sebelas saudaranya di istana. Kesabaran, pengetahuan dan jiwa pemaafnya menjadi teladan mulia dari generasi ke generasi.
Nabi Syu’aib as utusan Allah untuk kaum Madyan. Tugasnya membimbing agar warganya beriman kepada Allah. Berbuat adil, berlaku benar, dan bersyukur. Melaksanakan jual beli yang jujur dan ma’ruf. Tidak memainkan takaran dan timbangan. Tidak zalim, mengejar keuntungan dengan cara haram dan merugikan. Tidak berbuat curang dan serakah.
Meski berat, diejek, ditentang, dan diancam Nabi Syu’aib as berdakwah dengan keberanian dan kejujuran. Kaumnya enggan beriman. Mereka membenci dan mengusirnya dari negeri Madyan. Peringatan dan ancaman tak dipedulikan. Pekerjaan yang mereka banggakan tidak membawa untung dan berkah justeru sia-sia dan malapetaka diakhirnya.
Pengaduan kesusahan dan kesedihan Nabi Syu’aib as terjawab. Kaum Madyan tidak mau bertaubat. Tiada lagi waktu untuk memperbaiki perbuatan dosa dan salah. Allah turunkan kepada mereka awan panas, petir dan gempa bumi. Bencana datang karena perbuatan mereka sendiri. Kaum Madyan binasa bersama harta benda mereka. (PAI-BP III/B6)
Penulis: Fauzan SPd MAg guru SDNU Sleman Yogyakarta