Kisah Hari Ini

Episode 1/2

Rr Dewi Nirwana
Rr Dewi Nirwana

Subhanallah….wal hamdulillah…wa laa ilaahaillallah….allahu akbar.

‘Ya..hayyu ya…qayyuum… laa ilaaha illa Anta’

‘Ya..hayyu ya…qayyuum….’

“Huaaaammmm….”

Pergunu DIY –Moyudan– Aku terbangun dari tidurku lalu menguap masih dalam keadaan setengah sadar. Sayup-sayup lantunan puji-pujian indah terdengar hingga merasuk kalbu. Tak lama kemudian tuanku segera bergegas menghampiriku. Dengan langkah gontai bangun tidur, tuanku tetap suka cita mengajakku berwudhu.

Aaahhhhh…..rasanya segar sekali bermandikan air wudhu.

‘Ya Rahman, Ya Rahiim, Ya Malik’

Kini puji-pujian berlanjut lantunan Asmaul Husna.

Langit masih gelap, namun suasana semakin ramai oleh riuhnya banyak santri yang bergegas mempersiapkan diri menuju masjid untuk sholat subuh berjamaah. Tak terkecuali tuanku yang kini bersamaku tengah berjalan beriringan dengan karibnya.

Subhanallah…wal hamdulillah …

Sesampainya di depan masjid, tuanku menyimpanku dengan hati-hati. Sembari mendengarkan lantunan puji-pujian yang kini telah berganti dengan do’a fajar, aku juga turut mengucapkannya dalam hati.

‘Subhana man laa yanbaghittashbiihu illa lahu’ (potongan kalimat dalam doa fajar)

Aku begitu menikmatinya. Setiap puji-pujian yang terdengar begitu menenangkan dan menyejukkan hati. Semakin menyadarkanku betapa beruntungnya aku dapat hidup di tengah-tengah mereka. Hingga aku bertekad tak peduli seberapa berat hidupku di sini.

Bersama mereka yang selalu mengisi hari-harinya dengan doa, ibadah, dan pahala. Oooh….rasanya indah sekali ketika hari-harimu hanya disibukkan dengan kegiatan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Subhanallah…wal hamdulillah…

Asmaul husna-doa fajar-sholat subuh-wirid-hingga bacaan surat pilihan tak terasa telah usai, lalu ditutup dengan sholawat. Selang sepersekian detik kemudian ribuan santri telah berhamburan keluar masjid.

Ada yang berjalan santai, ada yang berlarian kecil, ada yang tertatih karena tak sengaja terdorong santri lain yang terburu-buru, tapi banyak juga yang memilih keluar masjid belakangan.

Menambah pahala i’tikaf, mengulang hafalan, setoran hafalan, membaca al Qur’an, bahkan melanjutkan sejenak mimpi indahnya tadi yang sempat terjeda karena sudah masuk waktu subuh.

Aku? Tentu saja dengan sabar menanti tuanku, sambil sesekali say goodbye dengan teman-teman yang terlebih dahulu pergi bersama tuannya.

Subhanallah …wal hamdulillah …

Akhirnya tuanku muncul, meraihku, lalu melangkah bersamaku. Langkahnya bergitu pasti. Tak menyisakan suara ‘srak-srek’ bangsaku yang teraniaya karena tuannya berjalan gontai menyeretnya.

Tak lama kemudian aku dan tuanku telah sampai di depan asramanya. Tentu saja tuanku segera ‘memarkirku’ dengan rapi dan hati-hati. Karena aku tahu, tuanku sangat menghargai dan menyayangi semua barang-barang miliknya yang telah berjasa menemani seluruh kegiatannya.

Maka ia juga dengan senang hati memperlakukan kami semua dengan baik. Oh indahnya andai semua orang berlaku demikian.

Subhanallah…wal hamdulillah…

Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara hentakan kaki beberapa orang santri yang tengah berlari kencang. Baru saja aku menyadarinya, ia sudah berada tepat di atas badanku.

“Aduh! Sembarangan sekali dia!”

“Hahaha… syarii’an! Sebentar lagi giliran kita nih!” teriaknya kepada temannya yang juga tadi berlarian bersamanya. Ia segera melepas sandalnya dengan kasar, terlempar salah satu ke arah jalan, sedangkan satunya lagi masih menindih badanku. Lalu ia segera masuk asrama.

Rupanya langit pagi ini memang belum mau tersenyum ceria. Ia masih gelap namun bukan karena belum terbitnya matahari. Gelapnya malam telah berganti menjadi gelapnya mendung. Meski langit kini tak segelap saat tadi aku baru bangun tidur, tapi kali ini sepertinya akan turun hujan deras.

Beberapa menit kemudian santri yang tadi masuk asrama itu segera keluar. Terburu-buru membawa peralatan mandi dan baju ganti untuk segera menuju kamar mandi. Saking buru-burunya ia kembali menginjak badanku hingga  salah satu kakinya tersangkut di badan pasanganku dan membawanya beberapa langkah menjauh dariku.

“Oh pasanganku!!!! Pasanganku!!!!”

Percuma! Sekencang apapun teriakanku, tuanku, bahkan orang itu juga tidak akan mendengarku.

Lalu tak lama kemudian beberapa santri terlihat berlarian menuju kamar mandi. Sekali lagi, mereka menyeret psanganku semakin menjauh dariku.

“Pasanganku! Pasanganku!!!!”

Hiks….aku hanya bisa berdoa dan pasrah, berharap pertolongan Allah segera datang.

Tuanku tentu saja belum mengetahui hal ini.

Subhanallah…wal hamdulillah…

“Krak duar!!!”

Seketika suara petir memecahkan keheninganku yang tengah larut dalam kesedihan. Tak terasa air mataku mulai berjatuhan, beriringan dengan turunnya hujan yang mulai membasahi badan ini.

‘Byurr!’

Tak tanggung-tanggung, hujan deras berjatuhan tanpa ampun. Banyak santri yang menjadi panik karena tiba-tiba hujan deras. Lalu semakin banyak langkah kaki yang mulai berlarian menembus derasnya hujan. Ada yang ingin berteduh, ada pula yang sengaja hujan-hujanan.

Di kejauhan kulihat pasanganku yang mulai terombang-ambing mendekati arus air selokan. Melemah terinjak-injak oleh banyak kaki yang silih berganti. Air bercampur tanah merah mulai menyelimuti sebagian besar tubuhnya. Sayangnya, aku tak dapat meraihnya, hiks…

“Ya allah…semoga pertolonganmu segera datang.”

Dan hujan kian deras saat kulihat pasanganku perlahan mulai menepi, ah bukan menepi! Sebagian tubuhnya mulai terbawa arus besar yang bisa menyeretnya hingga keluar pesantren.

Subhanallah ….wal hamdulillah …

“Byurrrr duarrrr!”

“Aaaaa!!”

Suara petir mengagetkanku. Disusul teriakan pasanganku yang dengan cepat terbawa arus air selokan dan seketika semakin menjauh dariku.

“Tolong!!!!! Pasanganku!!!!!”

Bersambung

Wallahu a’lam bish shawab

“Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun” Q.S Al Isra’ ayat 44.

*Syarii’an =cepatlah (Bahasa Arab)

Penulis: Rr Dewi Nirwana -Guru SDNU Sleman Yogyakarta