Status Wudlu Bersentuhan Kulit Suami Istri

Oleh Drs. KH. Heri Kuswanto M.Si

Imam yang diiukuti
Imam yang diikuti

Pergunu DIY –Srandakan– Wudlu merupakan tekhnik bersuci dengan menggunakan air sebagai bahan pembersih dan pensucinya. Salat, tawaf, wuquf, sai, dan memegang muskhah atau kitab suci Al-Qur’an adalah beberapa ritual ibadah yang membutuhkan syarat suci.

Wudlu bisa batal bilamana ada hal yang keluar dari dua jalan. Yakni jalan belakang dan jalan depan, berupa apa saja. Kentut, kencing, haid, buang air besar, pula berhubungan badan, tertidur, dan menyentuh atau tersentuhnya dubur alat kelamin. Menyentuh kulit laki-laki dan perempuan lain jenis juga membatalkanya. Berikut tambahan syarah tersebut.

Pendapat Yang Membatalkan

وصرح ابن عمر بأن من قبل امرأته أو جسمها بيده فعليه الوضوء.

رواه عنه مالك والشافعي.ورواه البيهقي عن ابن مسعود بلفظ ” القبلة من اللمس وفيها الوضوء. واللمس ما دون الجماع.”

Ibnu Umar berkata bahwa orang yang mencium isterinya atau menyentuh tubuhnya, maka dia harus berwudhu’.

(Hr Malik dan Asy-Syafi’i)

Dari Ibnu a’sud ra berkata, “Mencium isteri itu termasuk menyentuh dan mengharuskan wudhu’. Dan menyentuh itu segala yang belum sampai jima’ (HR Al-Baihaqi)

Suami isteri yang sebelumnya bukan mahram, akan tetap terus tidak mahram meski sudah menikah. Dan konsekuensinya, sentuhan antara mereka akan membatalkan wudhu’.

Pendapat Yang Tidak Membatalkan

روي أحمد والأربعة رجاله ثقات، عن عائشة رضي الله عنها ” أن النبي صلى الله عليه وسلم قبل بعض نسائه ثم خرج إلى الصلاة ولم يتوضأ.”

Dari Aisyah ra bahwa Rasulullah SAW mencium para isterinya kemudian beliau keluar untuk shalat dan tidak berwudhu’ lagi (HR Ahmad)

وعنها رضي الله عنها قالت: كنت أنام بين يدي النبي صلى الله عليه وسلم، ورجلاى في قبلته، فاذا سجد غمزني، فقبضت رجلي متفق عليه

Dari Aisyah ra berkata, “Aku pernah tidur di hadapan nabi SAW, sedangkan kedua kakiku berada di arah kiblatnya. Bila beliau sujud, beliau menyingkirkan dan memegang kedua kakiku (HR Bukhari dan Muslim)

وأخرج اسحاق بن راهويه، وأيضاً البزار بسند جيد، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قبلها وهو صائم، وقال:

“إن القبلة لا تنقض الوضوء ، ولا تفطر صائم.”

Ishaq bin Rahawaih dan Al-Bazzar dengan sanad yang baik meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW mencium isterinya dalam keadaan puasa, lalu beliau berkata, “Sesungguhnya mencium itu tidak membatalkan wudhu’ dan tidak membatalkan puasa

Dalil pendapat kedua disanggah oleh kelompok pertama bahwa apa yang terjadi antara nabi SAW dengan para isterinya merupakan suatu kekhususan, tidak berlaku buat umatnya.

Pendeknya, perbedaan pendapat tentang sentuhan suami isteri membatalkan wudhu atau tidak ada imam yang kita ikuti.

Penulis: Rektor IIQ An-Nur Yogyakarta